Super Holding BUMN Mengikuti Jejak Temasek dan Khazanah

Insights

by brg

Super Holding BUMN Mengikuti Jejak Temasek dan Khazanah

Istilah "Super Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN)" menjadi populer setelah calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) menyebutnya dalam Debat Pilpres 2019 putaran kelima, Sabtu (13/4) malam. Super Holding BUMN diperkirakan akan meniru model Temasek di Singapura dan Khazanah Nasional Berhad di Malaysia.

Pada debat tersebut, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 Sandiaga Uno mempertanyakan tentang rencana Jokowi membentuk holding BUMN. Ia mengaku mendapat masukan dari Serikat Pekerja yang mengkhawatirkan pembentukan holding BUMN justru berdampak buruk pada kinerja BUMN.

Jokowi justru menjawab, pemerintah tidak hanya membentuk holding BUMN tetapi juga Super Holding BUMN. "Ke depan kita akan membangun holding-holding BUMN, baik yang berkaitan dengan konstruksi, holding migas, holding pertanian dan perkebuhan, perdagangan. Di atasnya ada super holding," kata Jokowi dalam Debat Pilpres 2019 putaran kelima di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4).

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan Super Holding BUMN? Menurut Menteri BUMN Rini Soemarno, Super Holding BUMN akan membawahi sejumlah induk (holding) BUMN. "Nantinya super holding itu akan menjadi seperti Temasek (Singapura) atau Khazanah (Malaysia)," kata Rini di Bursa Efek Indonesia, Senin (15/4).

Saat ini sudah ada holding BUMN Semen di bawah PT Semen Indonesia Tbk, holding BUMN pertambangan di bawah Inalum, holding BUMN pupuk di bawah PT Pupuk Indonesia Holding Company, holding BUMN migas di bawah PT Pertamina (Persero), dan holding BUMN perumahan di bawah Perumnas. Selain itu, tengah disiapkan holding BUMN infrastruktur di bawah PT Hutama Karya, holding BUMN penerbangan di bawah PT Garuda Indonesia Tbk, dan holding BUMN jasa keuangan di bawah PT Danareksa.

Super holding BUMN akan memiliki kewenangan yang sama seperti Kementerian BUMN. "Kementerian BUMN akan hilang. Jadinya nanti ada super holding," ujarnya. Meski demikian, kontrol pemerintah terhadap BUMN tidak akan berubah karena super holding akan berada di bawah pengawasan langsung Presiden.

Gagasan Super Holding BUMN

Gagasan mengenai super holding dicetuskan oleh Jokowi pada pertengahan Mei 2015 ketika bertemu dengan para direktur utama atau CEO BUMN. Presiden Jokowi ingin mempercepat pembentukan holding BUMN untuk meningkatkan daya saing dan mendorong BUMN menjadi perusahaan-perusahaan kelas dunia.

Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto menyebutkan, studi awal mengenai perlunya pengelompokan BUMN telah dilakukan lembaga konsultan McKinsey & Company di masa pemerintahan Presiden RI Ketiga BJ Habibie. Namun, hingga pemerintahan berganti gagasan ini tak kunjung direalisasikan.

Toto mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2010-2014 di mana kontribusi pendapatan BUMN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif stagnan di angka 17,8%-19,6%. Laba bersih BUMN pada periode tersebut juga mentok di angka 1,5-1,6% PDB. Adapun total aset BUMN terhadap PDB menunjukkan tren kenaikan dari 38,9% pada 2010 menjadi 44,9% PDB pada 2014. "Kinerja BUMN di Indonesia kalah dibandingkan Khazanah atau Temasek salah satunya karena yang di negara tetangga dikelola profesional di bawah Super Holding Company (SHC)," ujar Toto.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, aset BUMN pada 2015 hingga 2018 tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pada 2018, total aset BUMN mencapai Rp 8.092 triliun, meningkat 12% dibandingkan 2017. Kontribusi BUMN terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk dividen, pajak, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun lalu mencapai Rp 422 triliun. Angka ini naik 19% dibandingkan dengan 2017 sebesar Rp 354 triliun. Menteri Rini menyebutkan, dalam empat tahun terakhir kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara tumbuh rata-rata 11,68%.

Kisah Sukses Temasek dan Khazanah

Temasek menyebut dirinya sebagai perusahaan investasi global yang berkantor pusat di Singapura. Perusahaan induk BUMN Singapura ini dibentuk pada 1974. Saat ini Temasek memiliki 11 kantor perwakilan yang tersebar di beberapa negara.

Di sektor jasa keuangan, Temasek antara lain memiliki saham di AIA Group Limited, DBS Group Holdings Ltd, China Construction Bank Corp, Ping An Insurance Group Company Ltd, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Di sektor telekomunikasi, Temasek memiliki saham di Singtel, Alibaba Group, ST Telemedia, dan CenturyLink. Di sektor konsumer dan real estat, kepemilikan saham Temasek antara lain di Capitaland Ltd, Mapletree Investments Pte Ltd, dan Ascendas-Singbridge Pte Ltd.

Temasek menempatkan 27% investasinya di Singapura sedangkan di Tiongkok sebesar 26%. Adapun alokasi investasi Temasek di Amerika Serikat (AS) mencapai 13% dan Eropa 9%. Nilai aset bersih Temasek mencapai SGD 308 miliar atau sekitar Rp 3.202 triliun. Pendapatan Temasek tahun lalu mencapai SGD 107 miliar atau sekitar Rp 1.112,59 triliun.

CEO Temasek Ho Ching seperti dikutip Channel NewsAsia menyatakan, kontribusi imbal hasil bersih investasi (net investment returns contribution/NIRC) Temasek pada 2018 mencapai 17,9%. Angka tersebut setara dengan SGD 15,8 miliar atau sekitar Rp 164,29 triliun.

Sementara itu, Khazanah Nasional Bhd dibentuk oleh pemerintah Malaysia pada 1993 dengan mandat untuk meningkatkan kekayaan Malaysia dalam jangka panjang. Nilai aset Khazanah per 31 Desember 2018 mencapai RM 135,5 miliar atau sekitar Rp 463,59 triliun.

Nilai investasi Khazanah sepanjang tahun lalu minus 21,6% karena pasar keuangan global bergejolak. Alhasil, perseroan membukukan rugi kotor RM 6,3 miliar atau sekitar Rp 21,5 triliun. Namun, dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata imbal hasil investasi Khazanah mencapai 11% per tahun.

Khazanah juga gencar berinvestasi pada perusahaan-perusahaan di luar negeri. Pada 2018, super holding BUMN Malaysia itu berinvestasi pada Ping An Good Doctor dan Ant Financial di Tiongkok. Khazanah juga meluncurkan proyek properti Marina One dan Duo Development di Singapura. Khazanah juga menjadi investor dalam penawaran saham perdana (IPO) Phunware dan Farfetch di AS.

Menurut kajian LM FEB UI, rata-rata margin keuntungan 20 BUMN yang tercatat di bursa pada periode 2012-2014 mencapai 18,86% per tahun. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata margin keuntungan 15 perusahaan yang berada di bawah Temasek pada periode yang sama, yakni 18,45%. Adapun Khazanah pada 2012-2014 memiliki rata-rata margin keuntungan 40%. Hal ini menunjukkan BUMN mampu bersaing dengan Temasek dan Khazanah.

Namun, BUMN kerap terhambat oleh peraturan maupun intervensi politik sehingga kinerjanya kurang optimal. Misalnya, untuk menentukan suntikan modal kepada BUMN harus ada persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemerintah pun menghadapi kondisi yang sulit ketika harus melikuidasi atau menutup BUMN yang merugi atau tidak sehat.

Hal ini berbeda dengan Khazanah dan Temasek yang mampu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dengan optimal. Pemerintah hanya berperan sebagai regulator. Pengelolaan bisnis diserahkan kepada Temasek dan Khazanah. Pendelegasian tugas dan wewenang di anak-anak usaha pun jelas. Belajar dari pengalaman Temasek dan Khazanah ini, semoga pembentukan Super Holding BUMN benar-benar dikaji dengan seksama agar benar-benar mampu bersaing dengan para pemain kelas dunia lainnya.

***

Sumber:
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Super Holding BUMN Mengikuti Jejak Temasek dan Khazanah"
Penulis: Hari Widowati