BUMN Indonesia dalam Track Positif dengan PR Improvisasi Management

Insights

by brg

BUMN Indonesia dalam Track Positif dengan PR Improvisasi Management

Tahun politik membawa nuansa yang berbeda terhadap penilaian kinerja BUMN. Jika dilihat dari tren pemberitaan sepanjang satu tahun terakhir, masyarakat disajikan data tentang kinerja BUMN yang dianggap loyo, dihinggapi hutang menumpuk, dan dianggap mematikan sektor swasta.

Tren pemberitaan dengan tone negatif memang tidak mengganggu semangat kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN).Tetapi tanpa kita sadari, tone negatif pemberitaan BUMN telah mengaburkan capaian prestasi kinerja BUMN dalam satu tahun terakhir ini.

Managing Director Lembaga Management (LM) FEB Universitas Indonesia, Toto Pranoto menilai performa 20 BUMN Indonesia yang sudah listed atau menjadi perusahaan terbuka (BUMN Tbk.) mampu menopang pertumbuhan revenue dan total aset yang cukup bersaing dibandingkan dengan BUMN di negeri tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Pertumbuhan aset BUMN pada 2018 (Rp8.092 triliun) tumbuh 12,23 persen dibanding 2017 (Rp7.210 triliun). Sementara dibandingkan periode 2015 (Rp5.760 triliun), maka terjadi lonjakan aset hingga Rp40,48 persen. Potret lain mengenai kinerja operasional BUMN secara agregat cukup memuaskan dilihat dari pertumbuhan ekuitas 2018 (Rp2.479 triliun) sebesar 4,16 persen dibanding 2017 (Rp2.380 triliun), dan tumbuh 24,51 persen dibanding 2015 (Rp1.991 triliun).

Pertumbuhan laba 2018 (Rp188 triliun) tumbuh 1,08 persen dibanding 2017 (Rp186 triliun), dan tumbuh 25,33 persen dibanding 2015 (Rp150 triliun). Kontribusi BUMN terhadap negara pada 2018 (Rp422 triliun) dalam bentuk pajak, dividen, dan PNBP lain tumbuh 19,21 persen dibanding 2017 (Rp34 triliun), dan tumbuh 39,27 persen dibanding 2015 (Rp303 triliun).

"Data kinerja perusahaan pelat merah yang dirilis Kementerian BUMN beberapa waktu lalu tersebut, menujukkan daya saing tersendiri jika dibandingkan terhadap BUMN di Malaysia dan Singapura," kata Toto di Jakarta, Rabu (13/03/2019).

Dalam seminar bertajuk ‘Prospek BUMN di Tahun Politik 2019’, ia juga menerangkan bahwa sepanjang 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah sejak reformasi 1998, BUMN Indonesia unggul dibandingkan BUMN Malaysia.

"Kinerja Khazanah atau BUMN Malaysia di 2018 justru mengalami penurunan, dimana pada tahun tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan kerugian RM6,3 miliar atau sekitar USD1,5 miliar atau dalam rupiah berarti rugi Rp21 triliun," ungkapnya.

Dalam kondisi dinamika bisnis dan daya saing global yang cukup memberikan tekanan di berbagai bidang –misalnya dipengaruhi perang dagang AS dan China– Khazanah benar-benar berada dalam keterpurukannya. Jika melihat kondisi perekonomian Malaysia, penurunan kinerja Khazanah dikarenakan perubahan kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, volatilitas pasar yang meningkat, dan dipengaruhi adanya faktor perubahan regulasi.

Sementara jika mengacu pada capaian kinerja Temasek, kata Toto, kinerja BUMN Singapura sepanjang tahun lalu relatif stabil dan bisnisnya terus meningkat.

"Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang sangat terdiversifikasi di seluruh dunia; adanya otonomi penuh pada model management investment holding; dan sudah memiliki talent management yang baik," rincinya.

Sementara itu, keterpurukan Khazanah sepanjang 2018 justru membuat pemerintah Malaysia sejak awal tahun ini mulai melirik model pengembangan BUMN seperti yang telah dilakukan di Indonesia. Dalam kajian LM FEB UI, perubahan management Khazanah terlihat pada aspek yang fundamental, yakni pembedaan BUMN secara tegas antara sisi komersial dan pelayanan publik atau public service obligation (PSO).

"BUMN kita bertahan dengan model pengembangan sisi komersial dan non profit oriented dalam pembangunan dan pelayanan publik, maupun sebagai pioneering pada sektor tertentu. Ini dapat menunjukkan bahwa sistem pengembangan BUMN perlu menyesuaikan dengan natural condition bisnis di suatu negara," tuturnya.

Meski demikian, BUMN Indonesia tidak perlu khawatir untuk melakukan improvement pada model bisnis yang dilakukan oleh Temasek di Singapura. Tantangan BUMN Indonesia justru terletak pada seberapa kuat beradaptasi dengan model bisnis yang menekankan pada penempatan profesional pada pimpinan puncak BUMN (top hiring CEO); improvement pada otonomi manajemen; meningkatkan transparansi melalui listed di bursa; dan membangun paradigma pengelolaan portofolio.

Kesemua nilai atau value business dapat diadaptasi dari model Singapura yang telah cukup teruji dalam pengembangan holding BUMN, dengan nama besar Temasek. Selaras dengan itu, hasil kajian LM FEB UI menyebutkan 4 kuadran posisi BUMN Indonesia yang dapat diidentifikasi saat ini, yaitu relatif kecil atau spin-off (profitable kecil dan nilai sosial kecil); BUMN dengan tugas khusus (profitable kecil dan nilai sosial besar), paripurna dalam menghasilkan keuntungan dan dampak sosial (profitable besar dan nilai sosial besar), dan BUMN yang teridentifikasi mampu menghasilkan laba besar tetapi dampak sosial relatif kecil (profitable besar dan nilai sosial kecil).

"Rekomendasi kami harapannya semua komponen bangsa ini mampu menilai secara objektif BUMN, sehingga mampu mendorong eksistensi BUMN secara tepat. Sehingga, generasi saat ini dan kedepan mampu melanjutkan cita-cita besar Republik ini dalam menempatkan BUMN sebagai motor dalam kemajuan ekonomi Indonesia," pungkas Toto Pranoto.

***


Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kiri) berbincang dengan Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto usai menjadi pembicara Seminar "Prospek BUMN di Tahun Politik 2019"