Kolaborasi Jadi Syarat Mutlak BUMN Masuk Kancah Global

Insights

by brg

Kolaborasi Jadi Syarat Mutlak BUMN Masuk Kancah Global

Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) terus melakukan kajian agar BUMN masuk pada kancah global.

Sebagai bagian dari kajian tersebut, LM FEB UI menyelenggarakan seminar "BUMN Going Global Strategy and Action Plan" di Hotel Novotel Cikini Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Direktur Utama LM FEB UI Toto Pranoto menjelaskan bahwa masuknya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke dalam kancah global menjadi harapan optimistis ditengah pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah melalui kepemimpinan Erick Tohir sebagai Menteri BUMN.

"Dinamika persaingan global yang semakin pesat mendorong kebutuhan dalam peningkatan daya saing perekonomian Indonesia yang semakin mendesak. Untuk itu, berbagai pelaku ekonomi berbenah diri dalam meningkatkan daya saing, termasuk BUMN," jelasnya.

Beberapa BUMN yang terus menunjukkan geliatnya masuk ke kancah global meliputi INKA, WIKA, dan Bio Farma.

Toto menjelaskan bahwa ketiga perusahaan tersebut menjadi bagian dari BUMN yang secara profit relatif kurang besar, tetapi terus menunjukkan kemampuan daya saing sebagai BUMN yang mampu masuk ke pasar global.

"Jika dilihat dari bisnis utamanya ketiga BUMN ini berbeda, dimana INKA sebagai produsen kereta api, Bio Farma sebagai produsen vaksin, dan WIKA di bidang Engineering, Procurement, dan Construction. Ketiga perusahaan ini menempuh caranya masing-masing untuk masuk ke kancah global. Namun, dalam prosesnya antar BUMN melakukan kolaborasi yang baik, sehingga menghasilkan capaian yang lebih baik," tutur Toto dalam paparannya.

Menimpali hal tersebut, Direktur Utama PT Industri Kereta Api (INKA) Budi Noviantoro menilai pola pikir BUMN yang bersaing di kancah internasional merupakan sebuah keharusan. Dengan begitu, kata Budi, perusahaan akan menyelaraskan rencana bisnis agar bisa sesuai dengan kebutuhan pasar di luar negeri.

"Go global ini mutlak, tidak bisa tidak, kereta api tak ada yang beli kalau tidak keluar negeri," ujarnya.

Budi mengatakan pola konsorsium dan keterlibatan BUMN lain seperti KAI, LEN, dan Waskita, dalam menyasar pasar luar merupakan strategi yang dilakukan dan telah mencapai hasil yang efektif. Budi mengatakan Inka juga terus menjajaki ekspor ke Laos, Sri Lanka, dan sejumlah negara di Afrika.

"Laos sedang proses, Sri Lanka juga sedang proses," tegas Budi.

Hal Senada disampaikan Destiawan Soewardjono, Direktur Operasi III WIKA yang membawahi divisi luar negeri menyebut tahun depan pihaknya akan ekspansi 3 negara baru. Tidak hanya mengincar proyek-proyek baru di luar negeri baik sebagai main contractor maupun sub contractor.

Ia menyebut dalam rangka sinergi BUMN serta mengurangi risiko pihaknya juga menggandeng BUMN lain yang juga melakukan ekspansi ke luar negeri. Sehingga secara leverage manajemen bisa fokus menggunakannya untuk proyek-proyek di dalam negeri.

"Di Afrika masih ada beberapa negara seperti Madagaskar kami dengan INKA, Mauritius kerjasama dengan AP II, Ethiopoa kami mau kerjasama dengan GMF Aeroasia untuk MRO dan Honduras dengan INKA yang lagi lakukan Feasibility Studies," lanjutnya.

Lain halnya dengan Bio Farma yang tengah agresif berinvestasi sejak lima tahun terakhir. Selain pengembangan kapasitas pabrik di Pasteur dan Cisarua, dalam penuturan Direktur Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan Bio Farma Sri Harsi Teteki menyebut pihaknya mengakuisisi lahan di Kawasan Industri Indotaisei. "Ekspansi pabrik vaksin baru dilakukan karena saat ini dengan kapasitas yang ada, manajemen sudah kewalahan untuk memenuhi permintaan baik untuk kebutuhan domestik muapun ekspor," jelas Ibu Teki, sapaan akrab Sri Harsi.

Dari berbagai capaian yang baik berbagai BUMN tersebut, Toto Pranoto menegaskan bahwa kontribusi BUMN terhadap perekonomian tidak dapat dipungkiri besarnya. Sampai dengan tahun 2018, aset perusahaan plat merah mencapai Rp8.200 triliun atau sekitar 54 persen dari PDB Indonesia. Dengan begitu, BUMN dapat dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian Indonesia.

Dari aspek kontribusi terhadap perekonomian nasional, di tahun 2018 kontribusi pendapatan BUMN terhadap perekonomian nasional masih berada di kisaran 16 persen. Angka yang relatif kecil misalnya dibandingkan Temasek di Singapura berkontribusi hingga 23 persen.

"Kontribusi pendapatan BUMN relatif stagnan dalam 3 tahun terakhir, padahal kita dapat cermati kenaikan aset BUMN yang cukup signifikan. Artinya produktivitas
dari aset BUMN masih perlu ditingkatkan," jelasnya.

Profitabilitas dan efisiensi masih menjadi tantangan umum BUMN. Ini terlihat dari capaian laba bersih BUMN di tahun 2018 sekitar Rp 154 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya di kisaran Rp 186 triliun.

"Marjin keuntungan BUMN Indonesia di tahun 2018 masing-masing sekitar 7,2 persen, meskipun lebih baik dari Khazanah di Malaysia, namun belum cukup baik dibanding Temasek yang bisa mencapai 20 persen," tegasnya.

Lebih lanjut, tantangan lain yang masih terjadi adalah kondisi pareto 115 BUMN di Indonesia. Kondisi pareto ditunjukkan oleh kontribusi pendapatan 20 BUMN go public di tahun 2018 yang mencapai 80 persen dari total pendapatan seluruh BUMN.

"Ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan mayoritas BUMN masih belum ideal, ditambah dengan banyaknya anak dan cucu BUMN yang merugi," paparnya.

Melihat lebih dalam pada perkembangan beberapa sektor strategis, kinerja keuangan Bank BUMN Indonesia dapat dikatakan cenderung baik dibandingkan dengan Malaysia, dan dapat bersaing dengan Singapura.

"Namun demikian, kinerja operasional Bank BUMN masih menunjukkan peran intermediasi dan pengelolaan risiko yang belum optimal. Ini terlihat dari indikator NIM dan NPL yang masih relatif tinggi," jelasnya.

Sementara itu pada sektor energi, Pertamina sebetulnya dapat bersaing dalam hal menghasilkan pendapatan. Namun demikian, efisiensi operasional Petronas relatif lebih baik ditunjukkan dengan marjin keuntungan yang lebih besar.

Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, seperti: rantai nilai yang lebih terintegrasi, terutama untuk industri Petrokimia, ekspansi bisnis global baik di sisi hulu ataupun hilir, serta inovasi dan riset berkelanjutan yang menjadi tumpuan Petronas untuk tumbuh.
Lebih lanjut, pada sektor telekomunikasi dapat diketahui bahwa Telkom Indonesia relatif unggul dibandingkan Singtel dan Telekom Malaysia.

Meskipun secara ukuran belum lebih besar dari Singtel namun Telkom Indonesia dapat tumbuh relatif cepat dan mampu menghasilkan laba yang relatif tinggi.

"Dengan berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi BUMN ke depan, pengambil kebijakan perlu memperkuat penataan BUMN ke depan. Untuk menjadi pemain global, kompetensi dari pemimpin BUMN perlu memperhatikan beberapa aspek, seperti: Global Business Savvy, Visionary Leadership, Building Strategic Relationship, dan Intregity," tegas Toto.

Sumber: Sindonews, 10 Desember 2019